Perjalanan

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan. Banyak cerita yang mestinya kau saksikan di tanah kering bebatuan. (Ebiet G. Ade)

Perjalanan memiliki kisah sendiri dalam parade kehidupan atau bahkan sahabat bagi sebuah petualangan. Seperti stasiun, halte, dan bandara yang selalu menjadi saksi bisu tentang perjalanan. Perjalanan fisik yang tak hanya berarti jarak dalam artian fisik tetapi juga sebuah medium atas perpindahan, perubahan posisi awal dan akhir dalam artian lahir maupun batin.

Tempat adalah saksi bocah yang bertumbuh melalui lorong-lorong kehidupan. Keajaiban di sepanjang perjalananlah yang menguatkan setiap badai yang menerjang karena setiap perjalanan mengantarkan kepada sebuah keyakinan akan kekuatan di luar diri ini dan makna kepulangan, makna kepulangan secara lahir dan batin. Pulang yang mengingatkan tentang rumah sementara di dunia dan rumah abadi yang sebenarnya.

Sesyahdu perjalanan di sebuah kereta di suatu penghujung tahun, Allah mempertemukannya dengan ibunda seorang istri almarhum guru besar almamater kemudian telinga dan hatinya menjadi pendengar yang menjadi tempat beliau mencurahkan kisah hidupnya mengenang sosok guru besar yang sangat terhormat dan jadilah lorong itu menjadi saksi pertemuan pertama yang takkan terlupakan karena pada pertemuan pertama itulah beliau menangis mengenang perjalanan hidupnya bersama kekasih sehidup sesurganya insyaAllah. Semoga Allah merahmati Almarhum dan keluarga. Sekonyol percakapan bocah tengil yang tertahan di kantor imigrasi tersebab petugas mengira dirinya tak cukup umur akhirnya interogasi yang tertahan itu berakhir dari suasana dingin menjadi tawa lepas para petugas. Plong. Semenyesakkan ketika ia mengejar jadwal terbang demi tiba tepat waktu untuk momen berharga qadarullah itulah pesawat terakhir malam itu dan apa daya ada yang harus tertahan di bandara bersama setidaknya ada dua malaikat yang membersamai di sampingnya untuk menghabiskan malam di mushola bandara tapi selalu ada keajaiban dan pertolongan di sana masya Allah la quwwata illa billah.

Pandemi telah membuat tempat-tempat saksi bisu itu seperti momok. Semua ketakutan itu ia terjang demi sebuah pertemuan. Pertemuan yang teramat diridukan dengan dua manusia bak malaikat kehidupan. Namun, sebuah pertemuan itu berakhir dengan tanya yang menggantung dalam diam.

“Kamu yakin?”

Kepalanya mengangguk meski tanpa suara.

Tiada pelukan bahkan jabat tangan di masa-masa seperti itu. Hanya isyarat lambaian tangan, tatapan mata, dan senyuman. Senyuman bermakna keyakinan, harapan, ketakutan, dan kepasrahan.

Gadis itu melangkah perlahan. Suara lonceng kereta bersahutan. Kepalanya menunduk dalam. Dia sudah bertekad bulat. Kepada siapakah dia serahkan? Bukankah Allah sebaik-sebaik tempat bergantung?

Di sebuah lorong kursi yang lengang. Dengan kehendak-Nya lorong itu benar benar kosong melompong. Perjalanan itu menjadi saatnya berefleksi. Pertanyaan itu terus bergema. “Kamu yakin?”

Pada titik itulah, dalam kesunyian sepanjang perjalanan itu, ia mencoba mencari sahabat yang dapat memberinya sumber kekuatan. Ia-lah Alquranul karim yang selalu memberinya pesan-pesan tak terduga dan selalu menyisakan kelapangan seperti ia mengerti kata-kata yang paling dibutuhkannya saat kondisi itu. Rasanya ketika itu terjadi seperti ia menemukan secercah cahaya di tengah terowongan gelap yang panjang berliku seakan tak berujung. Sungguh menakjubkan menyimak pesan-Nya tentang hamba-hamba-Nya yang Maha Pengasih dalam Qs Al Furqan. Ayat-ayat itu yang muncul dan membersamai perjalanan kali itu di tengah rasa takut dan penuh tanya yang berakhir kepada kepasrahan kepada Penguasa atas segalanya, seperti jawaban-Nya atas segala tanya di dalam dada.

Wa innahu la haqqul yaqin. Fasabbih bismi Rabbikal ‘adzhim. (Qs Al Haqqah)

Dalam rangka rindu perjalanan setelah membaca perjalanan kloter perdana kawan ke tanah suci, masya Allah barakallah fii kum ✨

*hmmm ini sebenarnya a brief version fullstory lanjutnya mungkin akan ada next story di antologi harmoni seri… rahasia ya 😀

There is Hope

Study Quran Daily

There is hope – there is hope, there is hope. Place your trust in Allaah, first and foremost – and then place your trust in Allaah, and continue to place your trust in Him & in His plan.
Especially during these times, hold on tight to your relationship to Allaah – fear Him, serve Him, turn to Him.
It was never in the plan for us to live in this world forever, & may Allaah make us of the faithful and of those whose abode forever is in Jannatul Firdouse – ameen.

View original post

PENDIDIK ITU SEPERTI TUKANG JAHIT — Al-Wasathiyah wal I’tidal

🇷‌🇪‌🇳‌🇺‌🇳‌🇬‌🇦‌🇳 PENDIDIK ITU SEPERTI TUKANG JAHIT Ada sebuah idiom menarik berbunyi: الحديث مع الناس، كالخياطة، أنت الخيط، وكلامك الإبرة،فإن أحسنت الخياطة، صنعت ثوباً جذاباً غالياً، وإن أخطأت فلن تجرح إلا نفسك. 📜 Berbicara dengan orang lain itu seperti menjahit, kau adalah benangnya dan ucapanmu adalah jarumnya. Jika kau menjahit dengan baik, maka kau telah membuat […]

PENDIDIK ITU SEPERTI TUKANG JAHIT — Al-Wasathiyah wal I’tidal

The Promise of Allah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا – 33:9

Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

O you who have believed, remember the favor of Allah upon you when armies came to [attack] you and We sent upon them a wind and armies [of angels] you did not see. And ever is Allah, of what you do, Seeing.

إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا – 33:10

(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah.

[Remember] when they came at you from above you and from below you, and when eyes shifted [in fear], and hearts reached the throats and you assumed about Allah [various] assumptions.

هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا – 33:11

Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat.

There the believers were tested and shaken with a severe shaking.

قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۚ وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا – 33:17

Katakanlah, “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (ketentuan) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.

Say, “Who is it that can protect you from Allah if He intends for you an ill or intends for you a mercy?” And they will not find for themselves besides Allah any protector or any helper.

مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا – 33:23

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),

Among the believers are men true to what they promised Allah . Among them is he who has fulfilled his vow [to the death], and among them is he who awaits [his chance]. And they did not alter [the terms of their commitment] by any alteration –

لِّيَجْزِيَ اللَّهُ الصَّادِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَاءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا – 33:24

That Allah may reward the truthful for their truth and punish the hypocrites if He wills or accept their repentance. Indeed, Allah is ever Forgiving and Merciful.

agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

QS. Al-Ahzab20 Juli 2020

Hujan Puisi: Sebuah Refleksi

Adakah hujan hari ini
setitik rindu syahdu hujan bulan Juni
mengalir rintik hujan yang kian deras
seperti sajakmu kini menghujani relung hati

Adakah hujan hari ini
bayang-bayang Hujan Bulan Juni
menghujan puisi nan sunyi
serasa hujan bulan Juli
di sanubari jejakmu abadi

Adakah hujan hari ini
bilamana sajak-sajakmu mengalir
di beranda media, lini masa, dan jiwa sanubari
Hujan Bulan Juni telah pergi
dalam butir hujan puisi yang turun di bulan Juli
saripatinya, minyak aksirinya, diserapnya
akar tanah mewangi

Pujangga negeri telah pergi
bersama lirik puisi yang terkubur abadi
dalam sanubari ibu pertiwi

Nurisma Najma, 2020

Dan puisiku, tak pernah sampai kepadanya di alam ini. Ada sebuah puisi di dalam buku Antologi Harmoni Jiwa dan Hati yang sejatinya adalah tulisan di masa muda seorang anak yang ingin mengikuti jejak sang pujangga. Puisi itu berjudul Aku Ingin Menjadi Sapardi Djoko Suwardjono. Tulisan itu sesungguhnya berisi ungkapan hati seorang anak ketika ia mengungkapkan apa yang ditinggalkannya dalam hidupnya, ia ingin menjadi pujangga seperti Sapardi. Sang ayah berkata sambil tertawa, “Satu dari berapa ribu orang yang bisa begitu?” Terima kasih Bapak karena sudah pernah meragukanku, berkatmu aku tak lagi mengejar fana. Karena tak perlu menjadi Prof. Sapardi tak perlu menjadi Prof. Suwardjana, cukuplah aku adalah aku. Aku yang puisi. Aku yang filosofi. Aku yang suka bermain angka. Aku yang ingin berhati samudera. Perjalanan hidup ini mengajarkan diri bagaimana menjadi diri sendiri meski perlu berkaca pada mahaguru nan abadi.

Tahun ini terlalu banyak kepergian. Terlalu banyak sosok yang bahkan tak dikenal menyisakan renung dan refleksi. Terlalu banyak kisah indah dalam setiap akhir kehidupan seseorang yang bahkan tak dikenal. Pahlawan-pahlawan tak dikenal yang agung nan mulia. Betapa indah mereka yang pergi dalam keabadian. Keabadian karyanya, kebaikannya, semangatnya, jiwanya, pemikirannya, ideologinya, dan misi hidupnya. Mulai dari kisah Profesor bidang epidemiologi yang memikirkan jalan keluar negeri tetapi meninggal lantaran infeksi covid-19, para garda terdepan pahlawan kesehatan yang berguguran, seorang bapak renta muslim di Turki yang meninggal dalam dekapan Quran, seorang ayah dengan anak-anak keluarga bintang Al-Quran, para ulama yang ilmunya abadi, para pejuang kemanusiaan, para pujangga dan pemahat karya.

Ada satu hal unik dari kejadian belakangan ini tentang pertemuan dan hikmah berbagai kejadian, tentang ruh-ruh yang beresonansi. Sepertinya aku paham mengapa tak perlu raga bertemu dan berkenalan untuk bisa merasakan resonansi ruh. Sekalipun ini terdengar aneh dan bodoh terbukti ada yang semacam menertawakan keyakinan ini padahal ia tak sedang bercanda meski tetap saja manusia tidak cukup mengetahui. Namun, barangkali ruh-ruh telah saling menyapa sebab ruh kita telah lama saling mengenal di alam sebelum ini. Ruh yang sama-sama berkhidmat kepada kebaikan, bermuara pada Rabbul’alamiin, meski raga tak jua bersua. Tidakkah kau rasa? Akankah suatu saat nanti ruh-ruh ini bertemu kembali dalam abadi?

ALLAH MENYAYANGI HAMBA YANG MURAH HATI — Al-Wasathiyah wal I’tidal

ALLAH MENYAYANGI HAMBA YANG MURAH HATI •┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈• «يقول رسول اللَّهِ صلى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ سَمْحًا إِذَا اشْتَرَى سَمْحًا إِذَا اقْتَضَىl» Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyayangi seorang hamba yang murah hati jika berjualan, bermurah hati jika membeli dan bermurah hati jika memutuskan.” ( HR. Ibnu Majah: 2194) […]

ALLAH MENYAYANGI HAMBA YANG MURAH HATI — Al-Wasathiyah wal I’tidal

Self Discovery

Dear you,

Pernahkah merasa kamu berbeda atau bahkan merasa asing? It is okay dear, you are all good. Seiring bertumbuhnya usia, seiring berjalannya kehidupan, kamu akan memahami mana hal-hal esensial dan mana hal yang at the surface level. Pada saatnya itu pula ada pilihan-pilihan yang kemudian memang tidak selalu menyenangkan banyak orang. But, dear, it is all well. Because even if no one think you matter, Allah thinks you matter. Even if we decide what is best for us and not everyone appreciates but it is in the favor of Allah, that is all we need. To choose what pleases Him.

Pernahkah merasa dirimu amat sangat complicated? Dan ketika orang lain menganggap hal-hal yang berarti seperti remeh temeh dan sangat mungkin terjadi menjadi hal-hal yang tidak penting atau bahkan make fun of it. I know sometimes we take things personally. But, the thing is we have eyes, ears, hearts, and minds; those are the gifts of Allah. Dan salah satu cara kita bersyukur ialah mengapresiasi bahwa kita melihat dg lensa mata yang kita miliki dan lensa mata yang orang lain pakai. Try to put our feet in someone else’s shoes. Try to see by seeing from someone else’s eyes. Try to think by thinking from someones else’s minds. Try to feel by feeling from someone else’s heart.

Kau tahu mengapa pelangi itu indah? Karena ia berwarna-warni berharmoni tidak menuntut atau mempertanyakan kenapa dirinya berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Dan karena dia dicipta dari sebuah cahaya putih yang dibiaskan (terdispersi) sehingga cahaya yang adalah gelombang terbagi ke dalam panjang gelombang yang berbeda. Perbedaan panjang gelombang inilah yang mengakibatkan munculnya tangga warna yang kita sebut pelangi. Begitu pula manusia. Manusia itu unik dengan karakteristiknya masing-masing. Mereka memiliki kesamaan dalam fitrah yang mengarahkannya kepada kebaikan dan niat baik. Jika ada orang yang jahat dia artinya sedang tercerabut dari akar fitrahnya. Namun, perihal karakter kita tak bisa menilai baik-buruk tanpa konteks atau penyesuaian pada frame setiap keunikan karakternya. Apabila ada mereka yang memang hidup dalam layer, mereka bukan tidak ingin menunjukkan diri aslinya atau mungkin kita justru yang berprasangka buruk apabila kita menilai bahwa orang yang berusaha keras menjaga dirinya itu sebagai orang yang fake. Hal ini tidak bersifat absolut. Tidak semua yang tidak ditampakkan adalah fake. Karena ada sifat manusia yang memang memiliki kenyamanan pada lingkaran tertentu artinya dirinya hanya cukup dikenal oleh orang-orang yang memang matter untuknya. Kepribadian inilah yang mungkin identik dengan sifat yang dominan sebagai introversion. Mereka tidak membuka diri pada sembarang orang. Ada pula, mereka yang tampaknya extrovert tetapi sejatinya ada sisi introvert. And all are good. They are not good or bad. They are just different personalities.

Fake personalities ini jadi topik yang menarik juga ya. Yang perlu dipahami bersama, setiap manusia memang memiliki kadar yang berbeda. Coba lihat bintang-bintang saja memiliki tingkat terang yang berbeda. Mengapa ini terjadi? Karena barangkali intensitas cahaya yang dipancarkan setiap bintang memiliki tingkatan yang berbeda. And that doesnt define which one is better off. No not at all. It shows uniqueness. Fake personalities yang kita gaungkan adalah ketika kita tidak menerima diri kita dan framing menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan kenyataan.

Lalu, apakah kemudian kita berhak untuk men-judge which one is fake and which one is true? My dear friend, the one who deserves to measure one’s intention is Allah. We can measure by our limit as a human, but the ability to measure people’s intention are limited because we see only what is visible. And that creates biases and wasteful act. And if at some points, you feel unworthy because of sin, know that Allah’s forgiveness is open widely to you, it is just ONE sujud away. Istighfar and do sajjada with humility, insha Allah, Allah loves those who repent. And if Allah protects you with modesty meaning that He saves you with good and keep you from the revelation of sin, that also doesn’t mean that you need to show off your sin. No, they are two different things. If Allah keeps your ugly part, it is because of His mercy and you should be grateful for that. And there is no need to show it off or even think that if you don’t show it off you feel guilty or naive. No. Because it is part of modesty, dear. That is even more essential if you are a leader or even influencer, or may be you are a mother. Everyone has identity. You need to address which ones are necessary for you to show to your kids, and which are not. You need to be mindful to your own deeds, because your kids will follow you. Do this by the intention of Allah, keeping it good for Allah, such as to avoid any unexpected or sin followed by others or even the misused of the sin, that is why we need to cover our sin. And if we need to share, make it the intention for goodness, in hoping that others learn from our very own mistake so that they may take some goodness from us.

So, at the end, we need to open our eyes, mind, and hearts. We need to acknowledge what we feel and what we value most and accept what makes us different from others and won’t affect our quality. We need to understand that people are unique.

“I met you as a stranger and I leave you as a friend. We love each other because we are similar. We learn from each other because we are different.”

Because at the end, what matter is what matters to Allah all alone. That is why we repent because sometimes we prefer things that dont please Allah or maybe wasteful stuff or deeds we do, astaghfirullah wa atubu ilayh.

Life is a journey of transformation of self discovery, finding a way back to return home. To the eternal home, Allahu Rabbul ‘alamiin. So, if you feel like you have changed alot and yet, no one understands. It is okay it just needs time. And if it feels strange, no worries. The believers are like travelers, they are always strange for the common senses and to common people in the contrary. We can appreciate the differences and still live in harmony because that what makes it beautiful. But, we dont need to rush or force people. Because at the end, Allah is the owner of guidance. It is because of the roots of our hearts and minds belong to Allah, Yaa Dzal Jalali wal ikram.

Luka adalah Cinta

Tiga jam berlalu. Sudah lama kami tidak bercerita sepanjang ini.

Ia terisak pelan setelah menghabiskan mie rebus di mangkuknya. Aku terdiam mencerna kata-katanya. Dokter memvonis schizophrenia afektif dan dia mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah bisa menjadi dokter praktik karena penyakitnya.

Aku mengenalnya sudah hampir 3 tahun. Dia perempuan muslimah mahasiswi Fakultas Kedokteran prestatif yang baik, periang, enerjik, dan selalu optimis. Dia sudah seperti adikku sendiri di tanah rantau. Sampai dia pun diagnosis schizophrenia afektif :’) Sungguh Allah mencintaimu sayang. Jika kau tanya mengapa harus dirimu yang menanggung semua ini. Karena Allah memilihmu. Ada cinta Allah yang dialirkan lewat rasa sakit dan segala diagnosis yang menjatuhkan harapan dan citamu untuk mengabdi dalam bidang yang kau cintai. Barangkali Ia ingin mendekapmu lebih dalam lewat tangis dan doamu. Barangkali Ia ingin menitipkan pesan lewat ketegaranmu. Meski apapun yang kau hadapi, apapun yang terjadi, kau berhati baik, dan cahaya kebaikan selalu membersamai menerangi jalanmu segelap apapun kau rasakan. Kawan, ketika dunia serasa runtuh, ada bahu kecilku yang hadir untukmu, ada kedua telingaku yang siap mendengar segala resahmu, ada hati yang ingin merasakan lukamu. Mungkin aku tak selalu ada hadir di sisimu, tapi doaku menyertaimu. Kau tahu, Allah mencintaimu melebihi rasa sayangku kepadamu yang sangat rapuh ini. Tak cukup bisa mengobati lukamu. Tak cukup kuat menopangmu. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.

Seeking Sakeenah through The Quran

I am walking on a road of time blown by a freezing breeze. Here, I am waiting for a ride of bliss.

I searched for a tranquility. I looked for it in some faces, voices, and places. It wasn’t there. I found it in solitude, instead. In my broken voices, trembling, reciting His words feels like the drizzle pouring over my desert that blooms in my heart, by and by.

Saya mencari ketenangan. Saya mencarinya di beberapa wajah, suara, dan tempat. Ia tidak ada di sana. Saya menemukannya dalam kesendirian, sebagai gantinya. Dalam suaraku yang patah, gemetar, melafalkan kata-kata-Nya terasa seperti gerimis yang mengguyur padang pasirku yang mekar di hatiku, terus menerus.

(Nurisma Najma)

Beberapa waktu tempo hari, sudah agak lama, saya iseng bertanya ke teman-teman melalui polling di IG story. Seberapa sering kah mereka membaca ayat Al Quran yang ketika dibaca pesannya terasa relate dengan kehidupan, masalah atau pikiran yang membelenggu dan menggelisahkan?

Hampir 100 persen dari responden sepakat bahwa mereka menemukan pesan dari Al Quran yang somehow relate dengan apa yang tengah dihadapi atau at the very least membuat mereka merasa lebih tenang. Masya Allah, hal ini seperti yang Allah sampaikan dalam QS Yunus: 57.

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.

(QS. Yunus: 57)

Pada suatu masa, pandemi datang bukan tanpa tujuan. Rasa sedih tentu sangat manusiawi hadir tersebab banyak rencana dan pertemuan yang tertunda. Rasa rindu tentu adalah fitrah yang muncul dikarenakan pandemi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik sesorang tetapi juga kesehatan batin, ketenangan batin apalagi bagi para perantau. Pada titik di mana aku mencoba mencari ketenangan, aku mencoba praktikan pesan Teh Nusaibah sebelum berinteraksi dengan Al Quran yakni memohon kepada Allah. Pada saat itulah, aku bertemu dengan sebuah ayat yang ternyata adalah dalil atau sumber kisah yang belum lama sebelum pandemi datang aku presentasikan di kelas. Waktu itu aku memilih Abu Bakar As Shiddiq untuk diceritakan di kelas. Momen yang di-capture salah satunya kisah perjalanan Rasulullah SAW bersama Abu Bakar. Rasanya baca ayat ini (QS At Taubah: 40) di saaat diri sedang sedih, kalut, dan bingung dengan kondisi pandemi saat itu sangat menentramkan. Dan ternyata ini juga salah satu ayat al-sakinah yang dibahas Ust Faris tempo hari belum lama dalam kelas tafsirnya. Masyaa Allaah hikmah Allah bertebaran di mana-mana :”)

Dalam QS At Taubah: 40 itu dikisahkan Rasulullah SAW dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua. Abu Bakar menyampaikan kekhawatirannya akan keselamtan Rasulullah SAW. Lalu, Rasulullah SAW menenangkan dengan berkata, “La tahzan, innallaha ma’ana. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Masya Allah, di saat seperti hopelessness hadir dalam benak, ada Rasulullah di sini yang menguatkanmu dengan perkataan menyejukkan meski sesungguhnya Rasulullah berbicara kepad Abu Bakar tetapi perkataan ini terabadikan di dalam Quran yang menjadi petunjuk, pelajaran, dan tentunya rahmat Allah bagi kita. Sejak itulah aku selalu berusaha praktikkan memohon dan bercerita kepada ALlah sebelum memulai membuka mushaf di hadapanku. Sebenarnya petunjuk itu sudah ada sejaklama, setiap orang juga pasti merasakan ketnangan setiap mendengar atau membaca Al Quran tetapi kesungguhan atau kepekaan terhdap hikmah itu yang mungkin membutuhkan proses dan perjalanan yang tidak mudah.

Dulu, saat aku masih jahiliyyah, aku yang sangat suka musik ini mencari ketenangan pada musik meski aku juga suka mendengarkan murottal dengan bacaan Quran yang indah mengisi playlist-ku bercampur dengan Quran dalam barisan playlist-ku. Aku sadar ada hal yang aneh dengan hal ini (mencampur musik dan quran) tapi sepertinya aku belum benar-benar seutuhnya memahami.

Namun, Quran berbeda dengan musik. Quran adalaah kalamullaah, yang sudah ter-install dan memang seharusnya ada di dalam hati. Terlepas dari perbedaan pendapat yang muncul, aku belum lama memutuskan untuk berhenti dari aktivitas yang berhubungan dengan musik :” I know this is not easy for me and may be some of you, too. But, trust me, when you need some tranquility, never come to music, it wont give you the tranquility you need.

Seharusnya aku sadar dari kuliah karena aku sudah sangat merasakan manfaatnya murottal dalam perjalananku sendiri. Jadi di fakultasku, ada namanya Perang KRS setiap semester itu untuk menentukan siapa dosen dan mata kuliah yang akan kita ambil. Untuk mendapatkan dosen yang diidamkan, kami harus berebut kursi dengan mantengin portal. Tak jarang ada juga yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berjualan kursi dengan tarif tinggi :” Hampir semua orang book warnet dan tempat-tempat yang memberi akses internet super cepat. Aku? Aku pernah sekali mencoba KRS di warnet bersama teman-teman tapi gagal karena aku nggak betah lama-lama di warnet apalagi ketika kebru larut, akhirnya aku pulang duluan hehe. Jadilah aku anak yang paling selo di angkatanku dengan KRS di rumah mengandalkan modem yang lemot. Alhamdulillah aku tetap dapat kelas yang aku inginkan meski tidak selalu mendapat nama dosen yang diimpikan karena baik atau terkenal murah nilai. Mau tahu tipsku bisa KRS dengan tenang dari rumah? Aku sambil dengerin murottal… Aku tahu ini sangat nggak logis bagi anak-anak FEB yang semuanya harus terukur dan by logics. Tapi entahlah sepertinya sedari kecilku hidupku memnag tidka pernah logis, karena ada yang lebih powerful dari sekadar logika manusia, logikanya Allah, keajaiaban dan pertolongan Allah.

Aku pernah gagal KRS jadi dapat dosen yang kata kaka angkatan killer. Namun, kesalahan itu dimulai sejak mindset kita berfikir sepert kata orang, sehingga setiap kejadian dan tindakan beliau terasa seperti momok meski iya mungkin saya nggak cocok dengan tipikal kasar dan suka lempar barang di kelas. Karena nyatanya, beberapa teman berhasil lolos dengan nilai tinggi. Tidak dengan saya karena saya masuk kelas dengan perasaan tidak tenang begitu mengalami prosesnya semakin tidak bisa tenang. Mungkin akan berbeda jika saya tidak menaruh mindset sepert yang dikatakan orang. Maka berhati-hati ya mungkin ada yang masih mahasiswa dan sering ikut kata kaka kelas terkadang kamu tidak perlu mendengarkan kata orang karena sebenarnya hati dosen itu ada di genggaman Allah, ubah mindset yakin sama Allah insya ALlah dimudahkan. Saya mengulang kelas itu di kelas yang alhamdulillah diampu ibu favorit saya meski sekarang sudah mengundurkan diri dari dosen karena ingin mengabdi di rumah. Masya Allah wanita sepert beliau sangat jarang ditemui di fakultas, begitu mempesona saya rindu sekali Bu Wiwin :”(

Namun, aku akui rasa-rasanya waktu itu aku masih menduakan Quran dengan musik dan hiburan pada masa itu. Astaghfirullah. Isna di masa lalu seorang mezzo soprano di concert choir dan beberapa kegiatan yang memang aku memiliki bakat di situ setelah aku rasa-rasakan semakin aku bertumbuh dewasa itu bukan hal yang membuatku bahagia apalagi menenangkan. Ada rasa malu tentu saja, mungkin sedikit demi sedikit dengan kita mendekat kepada Allah kita akan menyadarinya (ini yang kemudian disebuah izzah dan iffah yang terbangun ketika kita mencoba untuk fokus sama Allah). Bahkan, belum lama aku mem-post sebuah puisi dengan iringan instrumen atouna toufule yang mungkin subjektif ya mungkin ada yang merasa biasa aja ada juga yang merasa too much. Namun, setelahnya aku membaca entah dalil atau pesan apa ya yang tentang suara wanita :” berasa ditampar sejadi-jadinya. Langsung seketika cari cara take down puisi itu meski sebeanrnya puisi itu memiliki pesan yang baik hanya latar musik yg too melow membuatnya kurang nyaman untukku sendir, puisi berjudul Muslim Child karya Rukhsana Khan kado dari mama di WW (sila googling ya insya Allah nemu). Jadi, untuk saat ini aku memilih absen dari semua itu ya sahabat dan kawan-kawan semua. Podcastku juga polosan aja murni suaraku. Tumblr masih ada instrument dan Asmaul Husna. Belum tahu cara take down-nya so far yang di tumblr masih okelah bisa kok instrumen ga too much semoga. Tidak ingin berdebat tentang ini hanya ingin mencoba menjaga diri dulu, mohon doanya, sunguh ini tidaklah mudah.

Dan, pada suatu masa aku menemukan ayat ini ketika aku memohon kepada Allah agar dikaruniakan hati yang bersih dan ikhlas.

“Jika Allah melihat ada kebaikan di dalam hatimu, niscaya Allah akan mengganti apa-apa yang diambil darimu dengan yang lebih baik.”

Kalau tidak salah ingat ini ada di QS Al Anfaal tapi aku lupa ayatnya. kalau dilihat dari koteks atau asbabun nuzulnya sebenarnya ini tentang harta rampasan perang, Allah berbicara kepada mereka yang diambil hartanya. Namun, wallahua’lam mungkin Allah memberikan pesan senada ini untuk refleksi bagi kita yang membutuhkannya. Setiap ayat yang Allah tunjukkan atau gerakkan lisan kita adalah rahmat dan semoga kita lebih peka ya terhadap hikmah dan pesan yang Allah ingn sampaikan baik lewat ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah yang bertebaran di alam semesta ini.

Allahummarhamna bil Quran. Allahumma as alukalisaanan shaadiqan wa qalban salima. Allahul musta’an.